Bahaya Minuman Keras (Miras) Bagi Remaja – Di tengah peliknya kisruh dunia politik dan pendidikan saat ini, agaknya ada satu perkara yang tidak kalah penting untuk ditelusuri dan segera diselesaikan, yakni mengenai minuman keras atau yang lebih sering kita sebut miras.
Persoalan miras menjadi teramat serius bukan saja karena ini termasuk masalah lama yang sampai hari ini belum dapat ditumpas secara tuntas, namun lebih pada efek buruknya terhadap masyarakat. Sebagai minuman yang memabukkan, miras memang menjadi salah satu faktor degradasi moral bangsa Indonesia.
Mirisnya, pengaruh tersebut tidak hanya menjangkiti orang-orang dewasa, kaum muda yang notabene sebagai generasi penerus pun sudah mulai terbiasa dengan minuman beralkohol.
Bahaya Minuman Keras (Miras) Bagi Remaja
Berangkat dari realita di atas, maka tidak mengherankan manakala kini cukup banyak pelajar maupun mahasiswa yang sejatinya memiliki semangat belajar kuat justru harus putus sekolah (drop out).
Ketika kondisi tersebut tidak mendapat penanganan, niscaya secara berturut-turut akan menjadikan mereka lebih mudah masuk dalam pergaulan di luar batas dan rusaknya moral. Klimaksnya, berbagai aksi kriminal, seperti pemerkosaan, pencurian, kekerasan, hingga pembunuhan menjadi kian menjamur di kalangan remaja.
Meskipun semua perulaku amoral tidak sepenuhnya akibat dari miras, tetapi tidak dapat dipungkiri juga bahwa miras memiliki pengaruh yang besar.
Lalu apa yang sebenarnya berada di balik tingginya konsumsi miras di kalangan remaja? Apakah mereka belum paham dengan bahaya yang mengancam dari miras? Penulis coba menjawab pertanyaan ini dengan melakukan survei melalui media internet dengan 49 responden yang mayoritas berusia kurang dari 20 tahun.
Hasilnya cukup menggembirakan karena ternyata sebagian besar responden mengaku sudah sangat paham akan bahaya miras bagi diri sendiri dan lingkungan. Sehingga sangat dimungkinkan para remaja yang kini telah terbiasa dengan minum miras juga memiliki pemahaman akan bahayanya.
Di samping itu, dapat dipastikan bahwa terdapat faktor lain yang mendorong remaja untuk mengonsumsi miras. Adapun salah satu diantaranya ialah lingkungan pergaulan remaja itu sendiri. Melihat dari beberapa kejadian selama ini, kecenderungan remaja mengonsumsi miras biasanya berasal dari pola pergaulan yang kebablasan.
Awalnya boleh jadi sebatas merokok, namun yang namanya remaja tentu tidak lepas dari rasa keingintahuan yang tinggi dan suka coba-coba untuk mencari sensasi baru. Belum lagi perasaan gengsi yang nyaris menjangkiti seluruh remaja Indonesia.
Sekali saja diajak temannya minum miras, dengan tambahan embel-embel “rasanya enak”, “gak coba gak gaul”, hingga ancaman dikeluarkan dari pertemanan tentu akan menjadi beban psikologis bagi remaja bersangkutan. Hal-hal semacam inilah yang dapat mengalahkan pemahaman remaja akan bahaya miras.
Pertanyaan besar berikutnya adalah siapa yang bertanggung jawab atas maraknya miras di lingkungan generasi penerus bangsa ini? Tentu kita tidak bisa menuding satu pihak secara membabi buta, karena pada dasarnya ini adalah problem bersama.
Apalah arti peraturan mendetail yang dibuat oleh pemerintah, apabila tanpa dibarengi aksi tegas dari aparat-aparat penegak hukum dalam memberantas miras. Apalah artinya penegak hukum yang tegas manakala tokoh dan organisasi masyarakat serta lembaga pendidikan tidak turut serta mengampanyekan anti miras.
Apalah arti kampanye dan sosialisasi mengenai dampak buruk minuman keras jika kesadaran masyarakat masih kecil. Dan apalah arti kesadaran masyarakat apabila pemerintah dan aparat penegak hukum yang semestinya menjadi teladan, malah menjadi pecandu miras.
Singkat kata, untuk menyadarkan seluruh masyarakat, terutama kaum remaja agar selalu waspada akan bahaya miras, maka diperlukan kerjasama semua pihak secara terus-menerus.
Peran Masyarakat dalam Penyebaran Bahaya Miras
Berdasarkan hasil survei yang penulis lakukan, lebih dari setengah responden menyatakan bahwa masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam penyebaran bahaya miras, sedangkan hany 5 responden yang menilai kurang penting.
Kenyataan ini bisa dikatakan sebagai suatu yang wajar, mengingat dari dalam masyarakat itulah seringkali muncul konsumen miras. Sehingga masyarakat sangat mengerti dan memiliki andil begitu besar dalam sosialisasi bahaya miras.
Masyarakat bisa kapan saja manasihati dan mengingatkan pemuda-pemudinya, begitu pula keluarga (sebagai unsur pembentuk masyarakat) yang mempunyai cukup banyak waktu mendidik anaknya menyangkut bahaya miras.
Berdasarkan hasil survei penulis, lebih dari 50% menilai sikap pemerintah selama ini dalam mengampanyekan serta menyikapi bahaya miras baru pada tahap cukup (biasa saja. Itu artinya Masyarakat masih sangat berharap agar pemerintah lebih menggiatkan lagi kampanye bahaya miras dan lebih tegas dalam menyikapi para pemasok, penjual, dan pengonsumsi miras.
Penulis: Fathesshop
Catatan: Artikel ini merupakan hasil tulisan original penulis blog yang dibuat langsung pada halaman guest post. Jika mengandung beberapa kesamaan dalam hal materi copyright, mohon untuk segera melaporkannya. Saya akan segera memproses permohonan pemilik materi segera dalam 2×24 jam, terima kasih.