Beranda Manajemen Proyek Pengaruh Jumlah Sediaan Bekisting Terhadap Biaya Total Bekisting

Pengaruh Jumlah Sediaan Bekisting Terhadap Biaya Total Bekisting

1268
0
BERBAGI
asdar.id menyediakan Member Premium Download untuk download file tanpa embel-embel iklan dan halaman, apa lagi harus menunggu timer yang begitu lama. Dengan berlangganan Member Premium Download, semua file dapat didownload dengan singkat langsung menuju ke sumbernya!, klik DISINI untuk DAFTAR atau DISINI untuk LOGIN :-) Jika ada pertanyaan silahkan hubungi Admin DISINI. Untuk cara download file Member Free Download, bisa membaca Tutorial Download yang ada dibawah Timer (halaman Safelink) saat menekan tombol download.
Rekomendasi aplikasi hitung cepat RAB akurat dan otomatis, sangat mudah digunakan. Tinggal ganti dimensi, RAB Langsung Jadi. Dilengkapi acuan AHSP dan HSPK seluruh Indonesia, rugi jika tidak punya filenya. Klik DISINI untuk mendapatkan Filenya.
Sekarang bukan zamannya lagi susah hitung RAB, tak perlu keluar biaya mahal-mahal buat nyewa orang. Dengan EasyRAB, menghitung RAB menjadi lebih cepat dan serba otomatis. Klik DISINI untuk mendapatkan Filenya.
contoh bekisting fabrikasi
contoh bekisting fabrikasi

Komponen biaya sediaan bekisting adalah upah, material, dan alat. Pemahaman atas pengaruh komponen biaya tersebut terhadap volume sediaan bekisting sangat diperlukan dalam rangka mendapatkan total biaya pekerjaan bekisting yang efisien.

Biaya pelaksanaan bekisting cenderung mengalami cost overrun. Banyak faktor yang menyebabkannya baik dari komponen upah, material, dan alat. Berdasarkan referensi mengenai biaya bekisting, diberikan kecenderungan komposisi biaya masing-masing elemen biaya bekisting sebagai berikut:

komponen biaya pekerjaan struktur

Terlihat bahwa biaya upah merupakan faktor terbesar yang diikuti oleh komponen material. Mari kita bahas satu persatu komponen tersebut terkait dengan jumlah sediaan bekisting.

Biaya upah adalah biaya untuk membayar tenaga kerja. Faktor pengaruh biaya ini dapat dinyatakan dalam persamaan y=f(x) sebagai berikut:

y = f(x1,x2,x3,x4), dimana:

  • x1 adalah jumlah tenaga kerja
  • x2 adalah durasi waktu bekerja (volume pekerjaan)
  • x3 adalah harga satuan upah
  • x4 adalah faktor waktu hilang atau risiko

Komponen x1, x2,dan x3 sangat dipengaruhi oleh faktor produktifitas. Tenaga kerja yang memiliki tingkat produktifitas yang tinggi memiliki harga satuan yang relatif lebih tinggi, namun akan berdampak pada turunnya jumlah tenaga kerja dan atau durasi waktu bekerja. Umumnya peningkatan harga satuan akibat tingkat produktifitas yang tinggi akan membawa total biaya upah yang lebih rendah. Berdasarkan rumus di atas, terlihat tidak ada pengaruh apapun antara jumlah sediaan bekisting dengan biaya upah.

Faktor yang berpeluang mempengaruhi adalah tingkat load pekerjaan. Jika load pekerjaan cenderung tidak merata atau berfluktuasi tinggi, maka akan ada potensi waktu tenaga kerja tidak bekerja karena rencana jumlah pekerja yang dipakai adalah pada saat load puncak pekerjaan. Pada kenyataannya, load pekerjaan akan sulit untuk benar-benar merata. Ini berarti tetap ada faktor inefisiensi akibat tidak meratanya load pekerjaan. Pola pengaturan pekerjaan harus efektif untuk meminimalisir inefisiensi tenaga kerja.

Perlu diingat bahwa disamping biaya rutin dalam membayar upah, terdapat biaya lain yang porsinya cukup besar yaitu biaya mob-demob pekerja. Biayanya dapat digambarkan dengan contoh kasus berikut:

Pada pekerjaan bekisting, diperlukan jumlah tenaga 80 orang selama 4 bulan. yang bekerja selama 7 hari/ minggu. Jika diasumsikan harga satuan upah rata2 adalah Rp. 95.000,- per orang per hari (termasuk lembur dan makan selama bekerja) dan biaya mobilisasi dari Jawa adalah Rp. 500.000,-. Maka porsi biaya mob-demob terhadap total biaya upah adalah = (2x Rp. 500.000,- x 80 org) / (Rp. 95.000,- x 4 bulan x 30 hari + 2 x Rp. 500.000,- x 80 org) = 8.1%. Porsi ini akan meningkat apabila produktifitas lebih rendah. Jika tidak bekerja tenaga dalam satu minggu adalah 1 hari, berarti efektif bekerja seminggu adalah sebesar 6 hari. Maka porsi biaya menjadi 9.2%, jika tidak bekerja selama 2 hari maka porsi biaya menjadi 10.7%. Contoh ini menunjukkan bahwa produktifitas adalah kata kunci dalam pekerjaan bekisting yang efisien.

Sediaan bekisting yang semakin kecil akan membuat frekuensi pengulangan semakin besar. Sedangkan semakin banyak pengulangan maka akan semakin sering terjadi kejadian dimana tenaga tidak bekerja (inefisiensi). Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika load pekerjaan kurang merata dan sediaan bekisting kecil, maka kejadian inefisiensi akan semakin besar.

Biaya material adalah biaya yang diperlukan untuk membeli material kayu dan multiplex serta material atau bahan bantu lainnya yang diperlukan untuk membuat bekisting. Persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:

y = f(x5,x6,x7,x8), dimana:

  • x5 adalah jumlah material
  • x6 adalah harga satuan material
  • x7 adalah frekuensi pakai material
  • x8 adalah jumlah waste material

Komponen x5, x6, dan x7 adalah faktor yang terkait dengan sediaan material. Sebagai contoh jika material multiplex memiliki faktor pakai 5 kali sedangkan sediaan adalah 2 lantai dan jumlah lantai adalah 8 lantai, maka multiplex hanya terpakai secara aktual 4 kali. Sehingga kurang efisien. Pada kasus ini sebaiknya jumlah sediaan adalah 8 lantai/ 5 kali = 1.6 lantai. Dalam perencanaan pelaksanaan, harus diupayakan pemilihan material dengan tingkat pengulangan pakai yang tinggi untuk mengurangi jumlah sediaan bekisting atau dengan tingkat pengulangan pakai tertentu, harus direncanakan volume sediaan bekisting sedemikian tercapai frekuensi pengulangan pemakaian rencana.

Jumlah waste (x8) dapat dinyatakan dengan rumus:

Jumlah waste = volume sediaan x faktor waste.

Terlihat jumlah waste linear terhadap volume sediaan. Sehingga semakin besar volume sediaan maka jumlah waste material akan semakin besar. Kondisi ini berarti bahwa bekisting akan efisien apabila faktor waste kecil dan volume sediaan bekisting lebih kecil dengan asumsi target pelaksanaan tetap atau sesuai rencana.

Biaya alat adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar sewa atau beli alat. Umumnya berupa sewa alat. Faktor biayanya dapat dilihat pada persamaan berikut ini:

y= f(x9, x10, x11, x12), dimana:

  • x9 adalah jumlah alat
  • x10 adalah durasi sewa alat
  • x11 adalah harga satuan sewa
  • x12 adalah faktor kehilangan atau kerusakan alat

Variabel x9, x10, dan x11 dapat dijelaskan bahwa variabel jumlah alat sangat tergantung dengan volume sediaan bekisting. Semakin besar volume sediaan, maka akan semakin banyak pula jumlah alat yang akan disediakan. Variabel durasi adalah sebaliknya, semakin besar volume sediaan bekisting, maka akan semakin singkat pula waktu pelaksanaan dan semakin singkat pula masa sewa. Namun perlu diingat bahwa pada penambahan volume sediaan tertentu, waktu pelaksanaan tidak berkurang lagi. Hal ini berarti peningkatan peningkatan volume sewa yang tidak lagi diikuti oleh penurunan durasi sewa.

Dalam pelaksanaannya ditemui bahwa dalam suatu siklus tertentu, terdapat sejumlah alat tidak dipakai dalam waktu tertentu. Ini disebut dengan idle time alat. Sebagai contoh adalah pada system struktur open frame dimana pembongkaran pelat lebih cepat dari balok sedangkan pemasangan bekisting pelat adalah setelah bekisting balok. Kondisi ini menyebabkan ada idle time terhadap perancah pelat. Idle time alat ini tentu menjadi biaya yang tidak disadari (hidden cost).

Variabel x12 merupakan variabel akibat kurang baiknya pelaksanaan bekisting. Komponen ini dapat dinyatakan dengan:

Biaya hilang / kerusakan = volume sediaan x faktor hilang / rusak (%).

Rumus di atas berarti semakin banyak sediaan maka akan meningkatkan biaya hilang/ kerusakan. Sedangkan faktor hilang/ rusak sangat tergantung dari kualitas manajemen dan metode pelaksanaan yang diterapkan. Semakin baik kualitasnya maka faktor tersebut akan semakin kecil.

Kesimpulan

  1. Semakin besar volume sediaan bekisting akan mempercepat pelaksanaan. Namun pada peningkatan volume sediaan bekisting tertentu, kecepatan pelaksanaan akan tidak berubah sehingga durasi pelaksanaan tidak lebih cepat. Berlaku sifat optimum pada volume sediaan bekisting.
  2. Secara umum, komponen biaya upah, material, dan alat tidak berpengaruh terhadap perubahan volume sediaan bekisting. Pengaruh ada pada faktor inefisiensi akibat tidak meratanya load pekerjaan (produktifitas rendah) dan tingginya biaya mob-demob pekerja, tidak tercapainya frekuensi ulang rencana pemakaian material, tingginya waste material, dan inefisiensi akibat idle time alat serta biaya kerusakan/ hilangnya alat.
  3. Tingginya faktor inefisiensi seperti yang dijelaskan pada item no. 2, maka biaya bekisting akan lebih efisien dan terkendali jika volume sediaan bekisting semakin kecil.
  4. Volume sediaan bekisting akan optimum, jika volume sediaan sekecil mungkin namun dengan waktu pelaksanaan yang sesuai target.

Sumber referensi: manajemenproyekindonesia.com

Sekian postingan kali ini semoga bisa berguna untuk kita semua khususnya dalam dunia proyek. Jangan lupa share artikel ini ke sosial media agar yang lain bisa mendapatkan manfaatnya. Untuk mengikuti perbaruan konten situs ini, silahkan berlangganan melalui notifikasi yang muncul saat mengakses situs ini. Sekian dan terima kasih atas kunjungannya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama anda disini