Postingan ini menyambung postingan yang lalu mengenai manfaat riset konstruksi. Namun kali ini akan lebih fokus pada obyek risetnya dengan memperhatikan tujuan yang strategis yang dalam hal ini akan memperhatikan besarnya manfaat riset terutama atas aspek profitabilitas.
Bisnis konstruksi seperti yang telah banyak dibahas merupakan bisnis dengan kompleksitas yang sangat tinggi yang sedemikian memiliki risiko yang tinggi pula. Akibatnya bisnis ini pada dasarnya sulit untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Net profit margin bisnis ini sangatlah kecil, yaitu berkisar sekitar 2%-4%. Sehingga untuk menopang target laba, perusahaan konstruksi harus memacu produksi yang lebih tinggi. Mudahkah memacu produksi saat ini? Dewasa ini tingkat kompetisi bisnis konstruksi semakin tinggi. Salah satu cara yang sering dilakukan oleh perusahaan konstruksi adalah dengan menurunkan laba yang berarti rasio NPM (net profit margin) akan semakin rendah.
Jika diperhatikan, bahwa perusahaan konstruksi umumnya memasang target laba bersih pada tiap proyek yang ditenderkan adalah berkisar diangka 4%-12% terhadap nilai kontrak dan yang paling sering adalah dikisaran angka 7%-9% atau rata-rata 8%. Namun kenyataannya angka tersebut bergeser saat laporan proyek selesai atau proyek mengalami pengurangan laba hingga mengalami kerugian. Menurut pengamatan angka sering menjadi 5%-6%. angka ini lalu setelah dikurangi dengan overhead kantor pusat dan beban biaya lainnya akan menjadi 2%- 4% saja.
Padahal dengan tingkat kompleksitasnya yang sangat tinggi, membuat karyawan perusahaan konstruksi bekerja siang-malam demi mengejar target proyek yang seringkali begitu ketat. Kadang mereka juga terlibat konflik dengan pada vendor maupun Owner dalam rangka menjaga target profit proyek. Alhasil kerja susah payah vs Net profit Margin rata-rata 3% tentu bukan hasil yang imbang. Kerja capek dengan hasil kecil bukanlah bekerja cerdas. Ini masih kerja terlalu keras.
Banyak orang lalu berfikir bahwa inovasi konstruksi akan meningkatkan profitabilitas perusahaan konstruksi. Bisa jadi iya, tapi belum akan tentu. Inovasi belum tentu ada ditiap proyek dan hasil inovasi juga belum tentu akan cukup untuk menutup biaya risiko yang terjadi. Sehingga inovasi berpeluang meningkatkan profitabilitas, tapi belumlah pasti.
Sebenarnya kata kunci pada bisnis ini adalah KOMPLEKSITAS TINGGI. Contoh sederhana dari kompleksitas tinggi pada proyek konstruksi adalah banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan dalam rentang waktu yang sempit dimana tiap pekerjaan memiliki ketergantungan resources yang berbeda-beda yang juga dengan masalahnya masing-masing. Dibutuhkan planning yang bagus, ketelitian yang tajam, kemampuan problem solving yang memadai, kecepatan yang lumayan tinggi, daya tahan stress yang juga memadai, komunikasi yang baik, dan beberapa kompetensi lainnya. Tentu saja tidak semua karyawan memiliki kompetensi yang sedemikian lengkap tersebut untuk mengatasi kompleksitas proyek yang tinggi. Lalu masalah pun terjadi. Paling sering adalah keterlambatan yang lalu memicu masalah baru lainnya yaitu kualitas, dan biaya.
Rasanya keterlambatanlah yang sering jadi dampak awal yang memicu dampak lainnya. Walau tidak selalu, tapi andai dilakukan survey mungkin keterlambatan akan memiliki prosentase yang cukup tinggi. Herannya ini terjadi begitu lama tanpa ada tindakan konstruktif yang berusaha memperbaiki masalah ini.
Lalu apa yang bisa dilakukan oleh riset? Inilah maksud dalam posting ini. Riset sebagai pemecah masalah yang ilmiah. Hal-hal yang terjadi seperti ini seharusnya dilakukan riset yang “deep research”. Saya juga melihat belum ada link and match antara riset yang dilakukan oleh akademisi dan aplikasinya secara praktik lapangan.
Kali ini saya tidak akan mengurai bagaimana proses strategic itu terjadi. Namun saya melihat terdapat dua arah utama dalam memperbaiki profitabilitas bisnis ini, yaitu:
- Proses minimalisasi dampak permasalahan dan risiko yang terjadi (seperti negosiasi kontrak, perbaikan organisasi, dan lain-lain)
- Proses efisiensi biaya produksi (inovasi/VE, efisiensi lainnya)
Seandainya suatu perusahaan kontruksi melakukan riset terhadap kedua kelompok besar diatas secara paralel yang terstruktur, serta sosialisasi yang baik disertai dengan peningkatan kompetensi karyawan untuk mendukung output riset, rasanya rasio profitabilitas akan meningkat cukup signifikan.
Dalam hal ini riset bukanlah suatu penelitian yang menemukan produk/jasa baru. Melainkan menemukan ide terbaik dalam menyelesaikan masalah/risiko besar yang terjadi dan ide terbaik dalam mendapatkan efisiensi yang bernilai besar.
Riset strategis bisnis konstruksi dapat dimulai dengan meneliti variabel pareto pada masing-masing kedua kelompok di atas. Jika berdasarkan pengalaman, maka sebagian item pareto pada kelompok pertama adalah sebagai berikut:
- Risiko kontrak
- Risiko kurs
- Risiko denda keterlambatan
- Risiko kenaikan harga
- Problem kesalahan perhitungan tender
- Masalah beban bunga yang besar akibat cash flow yang jelek
Sedangkan item pareto terhadap efisiensi biaya, beberapa diantaranya adalah:
- Efisiensi item terkait besi tulangan dan bekisting
- Efisiensi energi
- Efisiensi terkait produktifitas tenaga kerja
- Efisiensi terkait produktifitas alat
- Efisiensi terkait kultur cara kerja karyawan
- Efisiensi terkait ide/inovasi metode pelaksanaan yang baru
Item-item diatas dapat dikatakan strategis bagi perusahaan konstruksi walaupun perlu dilakukan survey awal terlebih dahulu. Dengan melakukan “deep research” pada item diatas, rasanya akan terjadi perubahan dalam profitabilitas perusahaan konstruksi, semoga saja.
Sumber referensi: manajemenproyekindonesia.com
Sekian postingan kali ini, semoga bisa bermanfaat untuk kita semua. Jangan lupa share artikel ini ke sosial media agar yang lain bisa mendapatkan manfaatnya. Untuk mengikuti perbaruan konten situs ini, silahkan berlangganan melalui notifikasi yang muncul saat mengakses situs ini. Sekian dan terima kasih atas kunjungannya.