Dalam suatu kesempatan, penulis mencoba mengangkat suatu pertanyaan kepada pelaku konstruksi yaitu kenapa riset konstruksi kurang berkembang. Jawabannya adalah karena kurang bermanfaat. Apa betul?
Sebelumnya penulis mohon maaf kepada pembaca blog ini dimana dikarenakan kesibukan yang begitu tinggi sehingga dalam beberapa bulan terakhir sulit untuk meluangkan waktu untuk menulis. Semoga berikutnya diberi waktu luang untuk menulis lebih banyak.
Penulis mengamati fenomena riset yang kurang diperhatikan oleh konstruksi. Ini didasarkan pada fakta-fakta:
- Hampir tidak ada perusahaan konstruksi yang berkembang karena riset. Kita tahu bahwa PT. Unilever menjadi maju karena riset. Lalu syarat menjadi Direktur Astra adalah pernah di bagian riset. Tapi di perusahaan konstruksi, tidak ada yang menjadikan riset sebagai benchmarking penting.
- Tidak ada perusahaan konstruksi yang secara khusus memiliki bidang riset yang tugasnya melakukan riset dalam arti sesungguhnya.
- Banyak perusahaan konstruksi berslogan inovasi, namun produknya inovasinya sangat sedikit. Hal ini inovasi hanya berlandaskan keinginan/visi yang belum terstruktur.
- Belum pernah terbaca dan terdengar muncul suatu temuan bagus dunia jasa konstruksi karena output riset secara formal yang dipublikasikan atau setidaknya menjadi referensi utama dalam melakukan perubahan/perbaikan tertentu.
- Kurangnya publikasi mengenai dampak riset jasa konstruksi dan mungkin riset yang dilakukan selama ini kurang mendapat tempat dan bahkan mungkin saja tidak dilakukan secara benar. Riset jasa konstruksi dapat juga tidak fokus dan tidak dilakukan secara kesinambungan.
- Fenomena belajar dari kesalahan dan bukan antisipasi hasil dari riset. Ini yang menyebabkan biaya menjadi besar karena banyak masalah terpaksa baru diantisipasi berikutnya setelah mendapat rugi. Tak sedikit terjadi hal berulang.
Riset konstruksi disini adalah riset mengenai jasa konstruksi yang terutama oleh kontraktor. Pada suatu kesempatan, penulis mencoba untuk menanyakan ini pada pejabat senior di perusahaan konstruksi. Dia mengatakan, dunia konstruksi beda yang menyebabkan riset kurang bermanfaat dan kurang berkembang dimana hal ini karena konstruksi bukan bisnis produk barang, melainkan produk jasa. Demikian kira-kira jawabannya.
Penulis lalu memikirkan sejenak pendapat ini dan mencoba menganalisisnya secara situasional. Menurut penulis ada beberapa hal yang mungkin menjadi penyebab kenapa riset jasa konstruksi tidak berkembang, yaitu:
- Pelaku jasa konstruksi adalah orang-orang praktis yang terbiasa mengerjakan pekerjaan yang banyak dengan cara cepat. Mereka kurang terbiasa mengerjakan suatu hal yang didahului dengan “deep thinking”. Mereka selalu terpola untuk mencari best practice dalam bekerja sehari-hari. Adanya masalah cenderung menjadi sulit untuk dihilangkan secara tuntas dan memiliki kecenderungan berulang. Demikian pula dengan peluang yang seringkali terlewatkan karena padatnya aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan dengan cepat. Akurasi data, tingkat detail, rational thinking, kreatifitas dan ketajaman ide adalah hal yang cukup langka. Sebaliknya lebih banyak pelaku yang bersifat follower yang terkadang salah kaprah.
- Kultur riset yang lemah di kalangan para pelaku konstruksi. Solving terhadap suatu masalah umumnya dilakukan secara dangkal dengan alasan praktis jika tidak berusaha melakukan solving yang bersifat kosmetik yang saat ini masih cukup populer. Sehingga sering dijumpai penyelesaian masalah dengan masalah.
- Kurangnya penghargaan/apresiasi terhadap output riset jasa konstruksi sehingga bibit ke arah itu menjadi tidak pernah “menetas” menjadi produk bermutu yang berdampak besar.
- Riset terkadang dilakukan tidak terorganisir. Pelakunya hanya pada beberapa orang yang memiliki sekian porsi berfikir dan berperilaku riset. Namun demikian, outputnya sudah cukup signifikan pada kinerja pekerjaan dan proyeknya.
- Mindset bahwa riset berasosiasi pada produk barang. Hal ini dikarenakan riset seolah-olah diartikan suatu penelitian laboratorium yang produk akhirnya adalah suatu produk barang unggulan. Sedangkan produk jasa dianggap tidak perlu riset.
- dan beberapa penyebab lainnya.
Riset bersifat universal. Penulis berkeyakinan bahwa riset PASTI bermanfaat untuk semua bidang tak terkecuali dunia jasa konstruksi. Hal ini adalah bahwa riset secara hakikatnya adalah rational thinking in finding best solution. Tidak perlu lab ataupun hal ribet lainnya dalam melakukan riset. Justru dalam jasa konstruksi, tidak diperlukan lab uji. Umumnya hanya menganalisis data yang sekarang dengan mudah didapatkan di internet ataupun dari data base perusahaan. Sayangnya data base perusahaan konstruksi bisa dibilang masih minim dan sedang mencari bentuk.
Dalam dunia jasa konstruksi, isu utama yang muncul barangkali adalah banyaknya masalah atau risiko yang berdampak pada profitabilitas usaha dan tingkat kompetisi. Di samping itu, akhir-akhir ini seperti ada pergeseran dimana kompetisi usaha tidak lagi pada “bargain fee” yang gencar dilarang lembaga anti rasuah. Kompetisi masuk pada arena sesungguhnya yaitu power of capital yang mampu memberikan layanan jasa bermutu namun kompetitif. Lalu bukankan cara menyelesaikan masalah terbaik dan ideal itu ada pada riset? dan bukankah optimasi capital dalam rangka peningkatan competitiveness itu juga melewati proses riset?
Penulis meyakini bahwa terdapat tiga hal kunci yang membuat riset kurang dan dianggap tidak berkembang pada jasa konstruksi, yaitu:
- Pemahaman riset yang kurang tepat
- Penghargaan riset yang tidak memadai
- Kemampuan riset yang kurang
Sebagai contoh dalam melaksanakan proyek konstruksi, penulis akan memberikan beberapa bukti dimana peran riset sangat berperan:
- Riset mengatasi rugi waste besi tulangan. Riset ini mempelajari penyebab tingginya waste besi tulangan. Riset ini sudah dilakukan dan menghasilkan produk SOWB (Software Optimasi Waste Besi). Waste tulangan ternyata disebabkan oleh dua hal yaitu natural waste dan cara pemotongan besi tulangan. Natural waste diatasi dengan redesign, sedangkan cara pemotongan dengan cara optimasi pemotongan besi dengan menggunakan software. Waste besi yang secara aktual dapat mencapai 10%, dapat ditekan hingga <2% bahkan bisa <1%.
- Riset struktur beton dengan waste besi (natural waste) paling kecil. Berdasarkan item pertama di atas, tentu menghasilkan riset turunan yaitu formula struktur beton bertulang yang memiliki natural waste paling kecil.
- Kejadian rugi kurs. Hal ini terjadi apabila dalam suatu proyek banyak komponen impor. Jika dilakukan dalam nilai besar, pembayaran dilakukan dengan mekanisme L/C dengan jatuh tempo 3,6,9 bulan. Dalam masa itu dengan melihat sistem kurs yang dianut Indonesia saat ini adalah free floating rate, maka risiko kurs menjadi wajib diperhatikan. Peran riset dalam hal ini adalah memberikan suatu forecasting exchange rate dalam periode tertentu terkait dengan jatuh tempo L/C. Output forecasting akan berguna dalam pengambilan keputusan nilai lindung (hedging) dari sisi nilai dan waktu/momentum. Manfaat riset ini adalah untuk mengendalikan risiko rugi kurs yang biasanya sangat besar.
- Riset cuaca. Riset ini sebenarnya gampang dan sudah dilakukan oleh BMKG. Sayangnya pelaku konstruksi jarang sekali memanfaatkan data forecasting dari BMKG sebagai bagian dari perencanaan pelaksanaan proyek. Akibatnya pelaksanaan menjadi molor akibat cuaca. Andaikan data cuaca menjadi salah satu dasar pelaksanaan, mungkin saja pekerjaan yang sangat rentan dengan cuaca bisa dipercepat sebelum datangnya musim hujan atau sebaliknya. Bisa juga dengan mengusulkan perubahan metode pelaksanaan terkait antisipasi cuaca.
- Riset Efisiensi bahan bakar. Dalam pelaksanaan proyek, konsumsi bahan bakar cukup tinggi. Terutama oleh konsumsi rutin dan oleh alat berat. Dengan mengetahui variabel borosnya bahan bakar, tentu akan didapat langkah-langkah untuk melakukan efisiensi bahan bakar.
- Riset fluktuasi harga material utama. Riset ini memetakan kecenderungan fluktuasi harga material utama seperti semen dan besi. Kita ketahui dalam periode tertentu harga material tersebut mahal sekali dan dalam periode tertentu pula harga material cukup murah. Dengan mengetahui pola fluktuasi atau trend harga, akan didapat momentum pembelian/kontrak yang tepat. Pembelian/kontrak dapat dilakukan walaupun kebutuhan belum tinggi. Sehingga akan didapat efisiensi atas strategi procurement.
- Riset supply chain. Riset ini bermanfaat memberikan informasi mengenai rantai supply suatu produk beserta variasinya. Output riset ini dapat memberikan efisiensi apabila dapat ditemukan cara untuk memperpendek rantai tersebut.
- Riset tenaga kerja. Riset ini rasanya belum pernah dipikirkan. Ada fenomena bahwa tenaga kerja daerah A terkenal akan kehalusan pekerjaannya. Sedangkan dari daerah B terkenal dengan kecepatannya. Riset ini akan memberikan masukan mengenai sumber tenaga kerja yang tepat untuk suatu pekerjaan proyek tertentu. Dapat pula diketahui mengenai variabel kinerja tenaga kerja yang lain yang dihubungkan dengan mandor tertentu karena ada mandor yang asal ambil tenaga kerja dan ada pula yang loyal serta selektif memilih tenaga kerja.
- Riset kompetensi utama atau spesifik yang harus diberikan kepada karyawan. Ini juga belum pernah terfikirkan. Riset dapat diawali dengan masukan dari project manager yang diolah menjadi suatu kuisioner kepada karyawan. Hasil kuisioner dikemas menjadi suatu paket training atau bahkan menjadi syarat kompetensi dalam menduduki suatu jabatan tertentu di proyek.
- Riset pengelolaan risiko. Riset ini akan menilai sejauh mana pengelolaan risiko yang dilakukan proyek yang dihubungkan dengan kinerja proyek terkait pengendalian risiko tersebut. Output riset ini adalah variabel-variabel yang perlu dikembangkan agar pengelolaan risiko menjadi lebih baik.
- Riset metode percepatan pekerjaan terbaik. Selama ini metode percepatan pekerjaan tidak pernah diukur tingkat keberhasilannya pada beberapa jenis pekerjaan. Disamping itu pula tidak pernah terdokumentasi dengan baik. Dengan adanya riset ini, akan didapat suatu formula strategi percepatan pekerjaan yang terbaik yang bisa dilakukan oleh proyek.
- Riset metode mengatasi kebocoran. Selama ini, kebocoran adalah penyakit rutin suatu proyek tanpa ada riset khusus yang mencoba mengatasi kasus-kasus spesifik seperti ini.
- Riset mengenai dampak dan solusi pasal kontrak yang berbahaya. Riset ini berjalan pelan dan nyaris tanpa ada ujung yang jelas. Pasal kontrak berbahaya cenderung hanya dinegosiasikan dalam kondisi low bargaining position yang tentu saja akan lemah di sisi kontraktor.
Rasanya masih banyak riset-riset yang lain yang bisa dilakukan di proyek. Sehingga terhambatnya perkembangan riset pada dunia jasa konstruksi sebenarnya terletak pada mindset tentang riset dan manfaatnya pada jasa konstruksi. Apresiasi terhadap produk berbau riset juga perlu diperhatikan terutama oleh direksi perusahaan konstruksi. Hal ini karena riset yang paling mudah adalah riset mengenai efisiensi biaya yang diharapkan akan meningkatkan profitabilitas tanpa mengabaikan aspek teknis.
Akhirnya, saya terpaksa tidak sependapat bahwa riset jasa konstruksi kurang bermanfaat. Nyata-nyatanya dalam melaksanakan proyek, riset telah menopang kinerja proyek-proyek yang penulis kerjakan dan itupun hanya secara parsial dan tidak terorganisir. Andaikan terorganisir, mungkin akan lebih besar dampaknya. Toh di luar sana bahkan sudah melakukan kongres mengenai riset konstruksi. Bagaimana dengan anda?
Sumber referensi: manajemenproyekindonesia.com
Sekian postingan kali ini, semoga bisa menambah wawasan kita semua mengenai dunia proyek. Jangan lupa share artikel ini ke sosial media agar yang lain bisa mendapat ilmunya. Untuk mengikuti perbaruan konten situs ini, silahkan berlangganan melalui notifikasi yang muncul saat mengakses situs ini. Sekian dan terima kasih telah berkunjung.