Sebagian orang menganggap konflik selalu membawa dampak-dampak negatif. Mereka selalu ingin pergi dan menghindari konflik sejauh mungkin. Padahal konflik yang terorganisir dengan baik, justru akan meningkatkan performa. Singkat kata “conflict is healthy”, Bagaimana bisa?
Pengalaman atas Konflik
Pengalaman selama di proyek, sebagian besar pelaku proyek menganggap konflik selalu akan berdampak negatif. Mereka selalu berusaha untuk menghindar dan membuat rencana-rencana dimana konflik dapat diminimalisir sedini mungkin. Singkat kata adalah mereka alergi dengan konflik. Jika konflik sudah tak terelakkan, kecenderungan yang ada adalah hampir selalu berfikir dan bertindak bagaimana konflik dapat diredakan secepat mungkin.
Hanya sedikit saja diantara mereka yang beranggapan bahwa konflik itu adalah sesuatu yang wajar dan alami terjadi. Mereka yang beranggapan seperti itu umumnya sudah memiliki pengalaman yang cukup dalam mengelola proyek dan berhadapan dengan konflik. Mereka umumnya memiliki kesabaran yang tinggi dalam menghadapi konflik. Ada juga pengalaman yang menarik dimana seorang Project Manager selalu membuat konflik di proyek. Maksudnya agar proyek dapat terkendali dengan baik. Ini masih bagus, karena tidak sedikit yang menggunakan konflik untuk kepentingan pribadi.
Confliks View
Konflik mulai berpotensi terjadi ketika orang mulai berinteraksi dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Perbedaan background, keahlian, pendidikan, pola pikir atau cara pandang tiap orang berperan dalam memicu konflik. Konflik merupakan dampak atas ketidaksepakatan antar individu yang terjadi karena tidak sesuainya tujuan maupun cara dalam mencapai tujuan.
Ada tiga pandangan berdasarkan referensi yang ada mengenai konflik. Pertama adalah pandangan yang melihat konflik selalu akan berdampak negatif. Oleh karenanya konflik yang muncul harus dihindari atau harus segera diantisipasi. Dalam setiap perencanaan organisasi, selalu mengantisipati kemungkinan terjadinya konflik dan selalu mengurangi kemungkinan terjadinya konflik. Konflik dianggap selalu menurunkan performa. Semakin tinggi level konflik, maka performa yang dihasilkan juga akan semakin turun. Pandangan ini dalam referensi sering disebut sebagai Pandangan Tradisional (Traditional View).
Pandangan yang lebih baru tentang konflik adalah bahwa konflik tidak selalu membawa dampak negatif tapi dapat pula berdampak positif terhadap pencapaian tujuan. Ada kalanya konflik harus terjadi dalam rangka meningkatkan performa organisasi. Ini adalah cara pandang Kontemporer (Contemporary View) yang beranggapan bahwa konflik adalah hal yang wajar dalam organisasi yang bisa berdampak positif maupun negatif. Project Manager harus fokus untuk mengelola konflik daripada harus menghilangkannya.
Cara pandang interaksionis (Interactionist View) merupakan pandangan tentang konflik yang terbaru. Cara pandang ini beranggapan bahwa konflik itu perlu untuk meningkatkan performa. Cara pandang ini justru mendorong terjadinya konflik pada situasi manajemen proyek yang harmonis, terlalu koperatif, damai, dan tenang dimana hal tersebut hanya akan menjadikan proyek statis, apatis, tidak dinamis, stagnant, dan tidak responsif untuk mencapai tantangan perubahan dan inovasi. Pendekatan ini mendorong Project Manager untuk menjaga batas minimum konflik yang sedang terjadi agar proyek tetap kritis, bergairah, kreatif, dan inovatif.
Aspek Positif dan Negatif Konflik
Suatu konflik pada dasarnya adalah suatu kejadian yang alamiah terjadi. Konflik sebagai suatu kejadian harus dilihat apa adanya dan dimanfaatkan demi kebaikan dengan memperhatikan aspek positif dan negatif yang mungkin muncul. Tabel berikut menunjukkan beberapa aspek positif dan negatif dari konflik:
Aspek Positif | Aspek Negatif |
Mengurai konflik yang lebih serius | Dapat mengarah pada permusuhan |
Membantu perubahan dan kreatifitas sebagai suatu opsi baru yang digali | Keinginan untuk menang menutup pencarian peluang baru |
Meningkatkan komunikasi jika kedua pihak sepakat terhadap keuntungan bersama | Menghalangi komunikasi, informasi yang relevan tidak pernah diungkapkan |
Meningkatkan performa, energi, dan kohesi kelompok | Menyebabkan stress, menciptakan suasana yang tidak produktif |
Menyeimbangkan kekuatan dan berpengaruh ketika teknik penyelesaian masalah yang kolaboratif ditekankan | Dapat menyebabkan kehilangan status atau kekuatan ketika kedua pihak membuat konflik sebagai kontes keinginan dan berjuang untuk menang-kalah |
Mengklarifikasi isu-isu dan tujuan | Isu nyata diabaikan |
Mana yang Harus Diikuti?
Berdasarkan dua pandangan terkahir yaitu Kontemporer dan Interaksionis, dapat dibuat suatu simulasi hubungan antara tingkat level konflik dan performa. Proyek tanpa konflik akan menurunkan tingkat performa karena tim tidak bergairah mendapatkan inovasi dan melakukan perubahan yang diperlukan dalam rangka meningkatkan performa. Tim proyek merasa nyaman dengan situasi yang ada sehingga tidak berfikir untuk melakukan peningkatan kinerja. Pada tingkat konflik yang terlalu tinggi atau banyak, tim proyek akan mengalami tekanan yang berlebihan sehingga menciptakan situasi yang tidak kondusif dan tidak produktif. Berdasarkan hal tersebut didapatkan bahwa ada suatu level optimum konflik yang membawa performa yang maksimum.
Akhirnya suatu hal yang penting kita dapatkan bahwa, konflik harus dipandang sebagai suatu kejadian yang alami yang harus dikelola dalam batas atau level tertentu agar performa proyek dapat maksimal. Dalam mengelola konflik, seharusnya dilandasi dengan suatu style management yang baik. Konflik dapat dibuat dalam rangka melakukan perubahan dan mendorong inovasi agar performa organisasi dapat lebih baik. Perlu niat baik dan pemahaman yang baik pula dalam mengelola konflik yang terjadi pada organisasi proyek karena bagaimanapun konflik yang tidak dikelola dengan baik dan tidak dengan niat yang baik hanya akan mengarah menjadi sesuatu yang lebih buruk bagi perkembangan organisasi.
Seorang pemimpin harus mampu untuk mengidentifikasi dan menganalisa konflik yang terjadi agar konflik dapat dikelola dengan baik. Konflik harus dilihat apa adanya sebagai proses yang wajar dalam organisasi. Konflik juga harus dilihat aspek positifnya (tidak hanya negatifnya) lalu dikelola sedemikian rupa agar dapat mencapai level konflik yang optimum yang diharapkan dalam rangka mencapai performa organisasi yang maksimum.
Sekian artikel kali ini, semoga berguna untuk kita semua. Jangan lupa share artikel ini ke sosial media dan jika ingin mengikuti perbaruan konten situs ini, silahkan berlangganan melalui notifikasi yang muncul saat pertama kali mengakses situs ini.