Pada postingan sebelumnya telah dijelaskan prediksi mengenai kenaikan harga BBM hingga akhir Tahun 2012 akan terjadi dua kali masing-masing sebesar 15%. Bagi proyek yang sedang lelang tentu cukup dengan menambahkan faktor risiko kenaikan harga BBM, Tapi bagi proyek yang telah berjalan? Tentu harus ada langkah khusus seperti yang akan dijelaskan dalam artikel ini.
Berdasarkan rapat paripurna DPR bahwa BBM tidak naik pada bulan April namun pemerintah berwenang menaikkan harga BBM jika harga ICP dalam 6 bulan terakhir mengalami kenaikan lebih dari 15% terhadap asumsi harga ICP sebesar $105, berarti risiko kenaikan harga BBM pada proyek yang telah berjalan sepertinya tinggal menunggu waktu.
Pada postingan terdahulu “Pengaruh Pasal 7 Ayat 6a Pada Risiko Kenaikan Harga Proyek” dijelaskan bahwa tren ICP menunjukkan akan terjadi dua kali kenaikan harga BBM sebesar masing-masing 15% yang diprediksikan terjadi pada bulan Mei dan November 2012. Ini memang prediksi jika kondisi global adalah seperti sekarang. Jika ada perubahan kondisi bisa menaikkan atau menurunkan harga ICP, sangat fluktuatif. Sehingga asumsi perlu diambil dengan kehati-hatian yang cukup tinggi.
Kenaikan harga tersebut akan berpengaruh pada harga akhir proyek. Beberapa data menyebutkan bahwa faktor BBM pada total biaya proyek adalah berkisar 5-7%. Sehingga kenaikan 2×15% atau 30% akan berdampak pada kenaikan biaya proyek sebesar 1,5-2.1%. Ini tentu jumlah yang besar. Jika proyek yang dikerjakan sekarang adalah sebesar Rp. 100 M, maka kenaikan biaya adalah sebesar Rp.1,5M hingga Rp.2,1M.
Atas prediksi cost overrun tersebut, tentu saja mulai sekarang harus disiapkan berbagai langkah antisipasinya. Ikut-ikutan demo menolak kenaikan harga BBM jelas tidak mungkin. Tapi disini, direkomendasikan beberapa langkah yang dibagi atas tiga kelompok yaitu:
1. Langkah-langkah Menghemat Biaya Energi
Langkah ini fokus pada usaha-usaha untuk mengurangi biaya yang diperlukan untuk energi di proyek. Pada tulisan terdahulu telah disampaikan bahwa lengah ada sumber risiko biaya energi. Ada beberapa langkah untuk menghemat biaya energi di proyek (penjelasan lengkap dapat dilihat pada artikel Strategi Hemat Energi Di Proyek), yaitu:
- Percepatan proyek. Langkah ini terutama pada proyek yang durasinya dianggap melebihi durasi optimum. Durasi optimum adalah durasi proyek dimana biaya total adalah minimum.
- Melakukan optimasi penggunaan alat berat dan ringan. Langkah ini berdasarkan pendapat umum bahwa tidak ada perencanaan yang sempurna. Sehingga akan memunculkan peluang untuk dilakukan optimasi.
- Optimasi procurement genset. Ini adalah langkah penting dimana jarang sekali diketahui bahwa genset sebagai sumber energi utama di proyek seringkali memiliki tingkat fuel consumption yang relatif lebih tinggi dari yang diperkirakan.
- Pengendalian tingkat load penggunaan genset. Langkah ini terutama adalah upaya penggunaan genset dengan load yang tinggi dan tidak menggunakan genset jika sedang stand by atau load yang rendah.
- Antisipasi penipuan pembelian BBM.
- Penggunaan alat/bahan penghemat BBM. Saat ini telah tersedia teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar.
- Sistem pengendalian biaya energi. Dengan tingginya kandungan biaya energi dalam pelaksanaan proyek, maka sudah diperlukan sistem pengendalian biaya yang lebih baik dari sebelumnya.
2. Langkah-Langkah Kontraktual
Langkah-langkah kontraktual dibagi menjadi dua yaitu secara eksternal dan internal. Langkah eksternal adalah berupaya mendapatkan penyesuaian harga lewat addendum kontrak dengan cara negosiasi kontrak. Sedangkan langkah internal dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
- Mempercepat proses kontrak para vendor untuk mengikat harga saat harga BBM belum naik.
- Penerapan kontrak lump sum sedemikian diharapkan tidak terjadi klaim kenaikan harga dan para vendor diingatkan mengenai kenaikan harga tersebut.
- Mempercepat durasi waktu pelaksanaan pekerjaan oleh para vendor.
3. Langkah-Langkah Efisiensi Proyek Lainnya
Langkah ini adalah langkah untuk menutupi kerugian yang diakibatkan oleh kenaikan harga BBM yang tentu saja telah diminimalisasi oleh kedua kelompok langkah di atas. Langkah ini juga terbagi dua bagian, yaitu langkah efisiensi tidak langsung terhadap penggunaan BBM dan langkah efisiensi lainnya. Langkah yang berdampak tidak langsung terhadap penggunaan BBM adalah sebagai berikut:
- Penggunaan listrik PLN untuk kantor lapangan.
- Mendekatkan mess proyek sedekat mungkin dengan lokasi proyek.
- Penggunaan mobil operasional dengan cc/fuel consumption yang rendah.
- Penggunaan lampu hemat energi untuk mess dan kantor lapangan.
- Mengurangi penerangan malam proyek.
- Penggunaan AC split inverter.
- Meningkatkan efektifitas kerja untuk mengurangi frekuensi lembur di proyek.
- Memperbaiki attitute atau budaya yang tidak hemat energi.
- Mengurangi perjalanan yang tidak perlu.
Sedangkan langkah-langkah efisiensi lainnya tergantung dari kondisi proyek yang ada. Cukup banyak efisiensi yang ada di proyek, tinggal digenerate saja (lihat postingan “Efisiensi Itu adalah Mudah“).
Dengan melakukan 3 kelompok langkah di atas yang umumnya cukup mudah dilaksanakan dan berdampak sedang-besar, diharapkan proyek akan terhindar dari kerugian akibat kenaikan harga BBM yang bisa terjadi jika rata-rata harga ICP selama enam bulan terus rangkak naik hingga tembus $120,75/barrel. Semoga harga minyak tidak naik, tapi kalaupun naik, mudah-mudahan kita siap mengantisipasinya.
Sumber referensi: manajemenproyekindonesia.com
Sekian postingan kali ini, semoga bisa bermanfaat untuk kita semua. Jangan lupa share artikel ini ke sosial media agar yang lain bisa mendapatkan manfaatnya. Untuk mengikuti perbaruan konten situs ini, silahkan berlangganan melalui notifikasi yang muncul saat mengakses situs ini. Sekian dan terima kasih telah berkunjung.