Tentu kita mengetahui apa itu bambu kan? Keberadaan bambu di Indonesia seperti buah simalakama, banyak tapi tidak begitu berharga. Rendahnya permintaan konsumen menyebabkan kalangan arsitek/industri tidak mengembangkannya. Kurangnya pemanfaatan dalam dunia konstruksi/arsitektur menyebabkan bambu menjadi komoditas yang dipandang sebelah mata, padahal dengan porsi penggunaan yang tepat material bambu ini bisa memberi sentuhan yang cukup menarik.
Akibat tidak ada pengembangan maka bambu jadi tidak menarik sehingga masyarakat tidak menyukainya. Akhirnya bambu sebagai material lokal posisinya semakin terpinggirkan. Hal ini tentu menyedihkan, mengingat persediaan bambu di Indonesia sangat melimpah, namun kita masih belum optimal dalam pemanfaatannya.
Pemanfaatan bambu harus didukung oleh upaya reboisasi dan pengelolaan yang ramah lingkungan. Kita sangat berkepentingan untuk menjaga ketersediaan bambu, tidak hanya untuk kebutuhan produksi, juga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan kualitas lingkungan. Bambu menghasilkan biomassa tujuh kali lipat dibanding hutan pepohonan. Selain itu rumpun bambu berperan dalam mencegah erosi karena dapat memperkuat ikatan partikel dan menahan pengikisan tanah. Karenanya, pemanfaatan bambu harus diintegrasikan dengan upaya pelestarian agar bambu tetap tersedia dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang baik.
Bambu memiliki kekuatan yang dapat dipersaingkan dengan baja. Karena kelenturan dan kekuatannya yang tinggi, struktur bambu juga merupakan bangunan tahan gempa. Sayangnya, selama ini kekuatan bambu belum diimbangi dengan teknik sambungan yang kuat. Paduan antara kekuatan, kejelian arsitek, dan keampuhan bahan pengawet menghasilkan konstruksi yang kuat, tahan gempa, indah, dan awet hingga puluhan tahun.
Dari berbagai penelitian, struktur bambu terbukti memiliki banyak keunggulan. Seratnya yang liat dan elastis sangat baik dalam menahan beban (baik beban tekan/tarik, geser, maupun tekuk).
Fakultas Kehutanan IPB mengungkapkan fakta bahwa kuat tekan bambu (yang berkualitas) sama dengan kayu, bahkan kuat tariknya lebih baik daripada kayu. Bahkan dengan kekuatan seperti ini, jenis bambu tertentu bisa menggantikan baja sebagai tulangan beton.
Struktur Bambu untuk Bangunan
Bambu merupakan Material yang Ringan dan Tahan Gempa
Eko Prawoto merupakan salah satu arsitek yang mengembangkan konstruksi bambu menyatakan bahwa kita tak perlu ragu untuk memakai material bambu sebagai struktur bangunan. Proyek bermaterial bambu yang telah selesai dikerjakan Eko Prawoto adalah bangunan Community Learning Center, sebuah pusat studi di Cilacap, Jawa Tengah. Struktur bangunan ini seluruhnya terbuat dari 3 jenis bambu, yakni bambu legi, bambu petung/betung, dan bambu tali/apus. Ketiga jenis ini digunakan untuk keperluan berbeda. Untuk kolom utama, misalnya, ia menggunakan jenis petung/betung dengan diameter 16 cm. Proyek bambu lain yang ia rancang adalah bangunan dan juga berkonstruksi bambu di Timor Leste.
Pada konstruksi bambu biasanya digunakan baut 12 mm dan ijuk (lebih populer) untuk menyambung antar bambu. Sambungan dengan baut harus terlihat rapi dan bersih sehingga konstruksi bambu terlihat lebih bagus. Untuk memasang bautnya, bambu dibor terlebih dahulu, kemudian baut dimasukkan ke bambu dan diberi mur, (memasang murnya jangan terlalu keras agar bambu tidak pecah). Berbeda dengan kayu, adanya rongga pada bambu membuatnya harus diperlakukan khusus agar tidak mudah pecah.
Sambungan dengan baut menciptakan konstruksi yang tidak kaku sehingga tahan terhadap gempa (karena konstruksi akan bergerak mengikuti arah getar gempa). Ini masih ditambah lagi dengan bobotnya yang ringan sehingga berat keseluruhan struktur tidaklah besar. Ini merupakan kelebihan lain dari konstruksi bambu. Sambungan dengan kombinasi pasak dan ijuk, tipe sambungan yang tidak kaku, yakni memakai kombinasi paku/pasak bambu yang diikat ijuk. Dengan teknik pengikatan tertentu, ijuk sangat baik untuk mengikat sambungan struktur bambu. Ikatan ijuk bagus dalam menahan beban ke samping. Selain ijuk, rotan juga dapat digunakan sebagai pengikat sambungan. Namun, karena tidak sekuat ijuk, maka ikatan rotan biasanya hanya dipakai pada interior.
Permukaan Lantai Harus Ditinggikan
Karena ringan, konstruksi bambu cukup menggunakan pondasi setempat/umpak (tanpa sloof) dari batu bata atau beton. Untuk menghindari pelapukan, bagian bawah struktur bambu tidak boleh bersentuhan langsung dengan tanah. Oleh karena itu, bagian bawah struktur bambu perlu diberi landasan, seperti beton. Bila ingin menggunakan lantai dari bambu, maka permukaan lantainya harus ditinggikan (minimal 40-50 cm dari tanah) oleh sebab itu biasanya bangunan seperti ini berupa konstruksi panggung.
Jenis-Jenis Bambu untuk Bangunan
- Jenis bambu: betung/petung, fungsi: sebagai kolom struktur (tiang penyangga), diameter: 14-15 cm.
- Jenis bambu: gombong/andong, fungsi: untuk kuda-kuda, diameter: 12 cm.
- Jenis bambu: bambu legi, fungsi: digunakan untuk gording/blandar, diameter: 10 cm.
- Jenis bambu: tali/apus, fungsi: digunakan untuk kasau, diameter: 6 cm.
- Jenis bambu: tali/apus, fungsi: digunakan sebagai reng, diameter: 6 cm (dibelah dua).
- Jenis bambu: tali/apus dan/atau bambu hitam, digunakan sebagai dinding (utuh atau anyaman), diameter: 6 cm.
Nah, itulah sedikit tentang gambaran bagaimana kuat atau tidaknya struktur bambu jika digunakan pada bangunan. Mudah-mudahan bisa menyadarkan kita betapa kayanya sumber daya alam kita yang sia-sia jika tidak kita manfaatkan. Selain dari segi pemanfaatannya yang ramah lingkungan jika digunakan, tentu kita juga secara tidak langsung telah melestarikan sumber daya alam kita yang sangat banyak ini.
Oke, mungkin itu saja penjelasan saya tentang penggunaan Struktur Bambu untuk Bangunan, semoga bermanfaat untuk kita semua. Jangan lupa share artikel ini jika kalian rasa bermanfaat untuk orang lain. Jika ingin mengikuti perbaruan konten situs, silahkan berlangganan pada notifikasi saat pertama kali mengakses situs ini. Sekian dan salam lestari, terimakasih 😉