Beranda Manajemen Proyek Tahap-Tahap Perencanaan pada Gedung Bertingkat

Tahap-Tahap Perencanaan pada Gedung Bertingkat

2929
0
BERBAGI
asdar.id menyediakan Member Premium Download untuk download file tanpa embel-embel iklan dan halaman, apa lagi harus menunggu timer yang begitu lama. Dengan berlangganan Member Premium Download, semua file dapat didownload dengan singkat langsung menuju ke sumbernya!, klik DISINI untuk DAFTAR atau DISINI untuk LOGIN :-) Jika ada pertanyaan silahkan hubungi Admin DISINI. Untuk cara download file Member Free Download, bisa membaca Tutorial Download yang ada dibawah Timer (halaman Safelink) saat menekan tombol download.
Rekomendasi aplikasi hitung cepat RAB akurat dan otomatis, sangat mudah digunakan. Tinggal ganti dimensi, RAB Langsung Jadi. Dilengkapi acuan AHSP dan HSPK seluruh Indonesia, rugi jika tidak punya filenya. Klik DISINI untuk mendapatkan Filenya.
Sekarang bukan zamannya lagi susah hitung RAB, tak perlu keluar biaya mahal-mahal buat nyewa orang. Dengan EasyRAB, menghitung RAB menjadi lebih cepat dan serba otomatis. Klik DISINI untuk mendapatkan Filenya.
Tahap Perencanaan pada Gedung Bertingkat
Tahap Perencanaan pada Gedung Bertingkat

Perencanaan gedung bertingkat harus dipikirkan dengan matang karena menyangkut investasi dana yang jumlahnya tidak sedikit. Berbagai hal perlu ditinjau yang meliputi beberapa kriteria, yaitu 3S: strength, stiffness, dan serviceability. Analisis struktur gedung bertingkat dapat dilakukan dengan komputer berbasis elemen hingga (finite element) dengan sofware yang telah umum digunakan oleh para perencana, misalnya: ETABS (Extended 3D Analysis Building Systems) atau SAP (Structure Analysis Program).

Konsep perancangan konstruksi didasarkan pada analisis kekuatan batas (ultimate-strength) yang mempunyai daktilitas yang cukup untuk menyerap energi gempa sesuai peraturan yang berlaku. Berbagai macam kombinasi pembebanan yang meliputi beban mati, beban hidup, beban angin, dan beban gempa dihitung dengan pemodelan struktur 3-D (space-frame). Kombinasi pembebanan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

  • 1,4DL
  • 1,2DL + 1,6LL
  • 1,2DL + 1LL + 1EX + 0,3EY
  • 1,2DL + 1LL – 1EX + 0,3EY
  • 1,2DL + 1LL + 1EX – 0,3EY
  • 1,2DL + 1LL – 1EX – 0,3EY
  • 1,2DL + 1LL + 0,3EX + 1EY
  • 1,2DL + 1LL – 0,3EX + 1EY
  • 1,2DL + 1LL + 0,3EX – 1EY
  • 1,2DL + 1LL – 0,3EX – 1EY
  • 0,9DL + 1EX + 0,3EY
  • 0,9DL + 1EX – 0,3EY
  • 0,9DL – 1EX + 0,3EY
  • 0,9DL – 1EX – 0,3EY
  • 0,9DL + 0,3EX + 1EY
  • 0,9DL + 0,3EX – 1EY
  • 0,9DL – 0,3EX + 1EY
  • 0,9DL – 0,3EX – 1EY

Keterangan:
DL = Beban mati (Dead Load).
LL = Beban Hidup (Live Load).
EX = Beban gempa searah sumbu x (Earthquake- X).
EY = Beban gempa searah sumbu y (Earthquake- Y).

Di negara Indonesia ada 3 jenis sistem struktur yang digunakan yaitu:

  1. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) atau Ordinary Moment Resisting Frame (OMRF). Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 1 dan 2 yaitu wilayah dengan tingkat gempa rendah. Acuan perhitungan yang digunakan adalah SNI 03-2847-2002 pasal 3 sampai pasal 20.
  2. Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM) atau Intermediate Moment Resisting Frame (IMRF). Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk di zona gempa 3 dan 4 yaitu wilayah dengan tingkat gempa sedang. Pasal- pasal yang digunakan dalam SNI 03-2847-2002 adalah Pasal 3 sampai pasal 20, ditambah dengan pasal 23.2 sampai dengan 23.10.2.
  3. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) atau Special Moment Resisting Frame (SMRF). Metode ini digunakan untuk perhitungan struktur gedung yang masuk pada zona 5 dan 6 yaitu wilayah dengan tingkat gempa tinggi atau diaplikasikan dalam perencanaan High Rise Building.

Langkah pertama yang harus diperhatikan dalam perencanaan gedung adalah pengumpulan data proyek yang meliputi:

  • Data tanah dari hasil sondir dan boring.
  • Data bangunan.
  • Data gambar proyek, terdiri dari gambar arsitektur, gambar struktur, gambar potongan, dan denah lantai.
  • Data lain yang menyangkut RKS (Rencana Kerja dan Syarat- syarat).

A. Peraturan dan Standar Perencanaan

  1. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F) atau ASCE 7-10.
  2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002) atau ACI 318- 2005.
  3. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002).
  4. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2012).

B. Bahan Struktur

1. Beton

Untuk struktur kolom, sloof, balok lantai dan plat lantai digunakan beton dengan kuat tekan beton yang disyaratkan, fc’ = 25 MPa (setara dengan beton K-300). Modulus elastis beton, Ec = 4700√(fc’) = 2,35.104 MPa = 2,35.107 kN/m2 dengan angka poison = 0,20.

2. Baja Tulangan

Untuk baja tulangan dengan D ≥ 12 mm digunakan baja tulangan ulir BJTD 40 dengan tegangan leleh baja, fy = 400 MPa. Untuk baja tulangan dengan D < 12 mm digunakan baja tulangan polos BJTP 24 dengan tegangan leleh baja, fy = 240 MPa. Modulus elastis baja, Es = 2,1.105 MPa.

3. Baja Profil

Mutu baja profil yang digunakan untuk struktur baja harus memenuhi persyaratan setara dengan BJ-37.

C. Pra-eliminari Desain:

1. Perencanaan plat

  • Penentuan dimensi terdiri dari dimensi plat dan dimensi plat atap. Masing- masing menggunakan SNI 03-2847-2002 dengan pasal:
    • Perencanaan plat 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.2 Tabel 8.
    • Perencanaan plat 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.
  • Menganalisa gaya- gaya yang terjadi pada plat, digunakan Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI 1971 pasal.13.3 tabel 13.3.1 dan tabel 13.3.2), sedangkan perletakkan yang diasumsikan jepit penuh digunakan C.K Wang dan C.G Salmon jilid 2.
  • Penulangan plat.
  • Penulangan lentur, susut, dan suhu : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.

2. Penentuan dimensi balok dan kolom

  • Penentuan dimensi balok terdiri dari: Perencanaan lebar efektif balok (SNI 03-2847-2002 pasal 10.10.2).
  • Perhitungan penulangan geser: SNI 03-2847-2002 pasal.13.3.1(1).
  • Perhitungan penulangan torsi : SNI 03-2847-2002 pasal.13.6.

3. Struktur kolom, terdiri dari:

  • Perencanaan kolom portal.
  • Pengaruh kelangsingan kolom : SNI 03-2847-2002 pasal 12.12.2.
  • Perbesaran momen : SNI 03-2847-2002 pasal 12.13.3.
  • Perhitungan penulangan geser : SNI 03-2847-2002 psl.13.3.1(2).

4. Analisa struktur bawah

  • Perhitungan poer.
  • Perhitungan pondasi tiang pancang.
  • Perhitungan sloof.

5. Penulangan

  • Penulangan dihitung berdasarkan data-data yang diperoleh dari out put SAP atau ETABS.
  • Dari out put SAP atau ETABS diperoleh nilai gaya geser (D), momen lentur (M), momen torsi (T), dan nilai gaya aksial (P). Kemudian dihitung kebutuhan tulangan pada balok, kolom dan pondasi.
  • Perhitungan penulangan geser, lentur, dan puntir pada semua komponen struktur utama.
  • Kontrol masing-masing perhitungan penulangan.
  • Penabelan penulangan yang terpakai pada elemen struktur yang dihitung (struktur atas dan struktur bawah).
  • Penggambaran detail penulangan.

D. Cek Persyaratan

1. Plat

  • Kontrol jarak spasi tulangan : SNI 03-2847-2002 pasal.15.3.2.
  • Kontrol jarak spasi tulangan suhu dan susut.
  • Kontrol perlu tulangan suhu dan susut : SNI 03-2847-2002 pasal 9.12.2.1 dan pasal 10.4.3
  • Kontrol lendutan : SNI 03-2847-2002 pasal 11.5.3.4

2. Balok

  • Kontrol Mnpasang ≥ Mn untuk tulangan lentur.

3. Kolom

  • Kontrol kemampuan kolom.
  • Kontrol momen yang terjadi Mnpasang ≥ Mn.

4. Poer

  • Kontrol dimensi poer : SNI 03-2847-2002 pasal13.12.3. 1.(a), pasal.13.12.3. 1.(b), pasal.13.12.3.1.(c).
  • Kontrol geser pons.
  • Geser 1 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.1.
  • Geser 2 arah : SNI 03-2847-2002 pasal.13.12.1.2.

loading...

E. Gambar Perencanaan

1. Gambar arsitek terdiri dari:

  • Gambar denah.
  • Gambar tampak.

2. Gambar struktur terdiri dari:

  • Potongan memanjang.
  • Potongan melintang.
  • Gambar denah pondasi.
  • Gambar denah sloof.
  • Gambar denah pembalokan.
  • Gambar denah rencana atap.

3. Gambar detail:

  • Gambar detail panjang penyaluran.
  • Gambar detail penjangkaran tulangan.
  • Gambar detail pondasi dan poer.

F. Jenis Beban

1. Beban mati (Dead load)

Beban mati yang merupakan berat sendiri konstruksi (specific gravity) menurut Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah seperti Tabel berikut:

No. Konstruksi Berat Satuan
1 Baja 7850 kg/m3
2 Beton bertulang 2400 kg/m3
3 Beton 2200 kg/m3
4 Dinding pas bata ½ bt 250 kg/m3
5 Dinding pas bata 1 bt 450 kg/m3
6 Curtain wall+rangka 60 kg/m3
7 Cladding + rangka 20 kg/m3
8 Pasangan batu kali 2200 kg/m3
9 Finishing lantai (tegel) 2200 kg/m3
10 Plafon+penggantung 20 kg/m3
11 Mortar 2200 kg/m3
12 Tanah, Pasir 1700 kg/m3
13 Air 1000 kg/m3
14 Kayu 900 kg/m3
15 Baja 7850 kg/m3
16 Aspal 1400 kg/m3
17 Instalasi plumbing 50 kg/m3

Untuk perencanaan beban bangunan di luar negeri, harus diperhitungkan juga beban banjir, beban suhu, beban Salju, dan beban Es. Semuanya ada di ASCE 7-10.

2. Beban hidup (Live load)

Beban hidup yang bekerja pada lantai bangunan Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989-F), adalah sebagai berikut:

  • Lantai dan rumah tinggal = 200 kg/m2.
  • Sekolah, kantor, toko, hotel, RS, restoran, asrama = 250 kg/m2.
  • Ruang olahraga = 400 kg/m2.
  • Ruang dansa = 500 kg/m2.
  • Balkon dan lantai dalam ruang pertemua = 400 kg/m2.

3. Beban gempa (Earthquake)

Wilayah Indonesia terdiri dari 6 wilayah gempa, dimana wilayah gempa 1 adalah wilayah kegempaan paling rendah dan wilayah gempa 6 adalah wilayah kegempaan paling tinggi. Pembagian wilayah gempa ini, didasarkan pada percepatan puncak batuan dasar akibat pengaruh gempa rencana dengan periode ulang 500 tahun dengan asumsi umur bangunan adalah 50 tahun. Berikut adalah Gambar Pembagian Zona Gempa di Indonesia:

Pembagian Zona Gempa di Indonesia

Analisis terhadap beban gempa digunakan cara statik ekivalen maupun dinamik (response spectrum analysis). Dari hasil analisis kedua cara tersebut diambil kondisi yang memberikan nilai gaya atau momen terbesar sebagai dasar perencanaan. Struktur bangunan dirancang mampu menahan gempa rencana sesuai peraturan yang berlaku yaitu SNI 03-1726-2002 tentang Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Dalam peraturan ini gempa rencana ditetapkan mempunyai periode ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 % selama umur gedung 50 tahun.

a. Metode Statik Ekivalen

Gaya geser dasar nominal pada struktur akibat gempa dihitung dengan rumus :
V = C . I / R .Wt
Dimana:

  • C= nilai faktor response gempa, yang ditentukan berdasarkan wilayah gempa kondisi tanah dan waktu getar alami.
  • R = faktor reduksi gempa representatif.
  • I = faktor keutamaan (diambil, I = 1).
  • Wt = jumlah beban mati dan beban hidup yang direduksi (faktor reduksi diambil = 0,5) yang bekerja di atas taraf penjepitan lateral.

Analisis statik dilakukan dengan meninjau secara bersamaan 100% gempa arah X dan 30% gempa arah Y, dan sebaliknya.

b. Metode Dinamik (Response Spectrum)

  • Besar beban gempa ditentukan oleh percepatan gempa rencana dan massa total struktur. Massa total struktur terdiri dari berat sendiri struktur dan beban hidup yang dikalikan dengan faktor reduksi 0,5.
  • Percepatan gempa diambil dari data zone Wilayah Gempa Indonesia menurut Tatacara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan memakai spektrum respons yang nilai ordinatnya dikalikan dengan koreksi I/R.

Sekian postingan kali ini, semoga bisa bermanfaat untuk kita semua. Jika ingin terus mengikuti perbaruan konten situs ini, silahkan berlangganan pada notifikasi yang muncul saat pertama kali mengakses situs ini. Sekian dan sampai jumpa di artikel darsitek selanjutnya.

Sumber: perencanaanstruktur.com

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama anda disini